AKU CINTA INDONESIA
I LOVE INDONESIA
AKU CINTA INDONESIA
I LOVE INDONESIA

Gubernur Jawa Barat Bicara Soal Kota Kesenian

Ahmad Heryawan dan tanggapannya terhadap seniman yang tak memiliki tempat di rumahnya sendiri - Bandung
IMAGE-TITLE-HERE

Mainan Santika Syaravina

Gadis belia yang mencintai dunia fotografi. Ia membuat karya kriya menggunakan isi roll film seluloid. Unik dan menarik...
IMAGE-TITLE-HERE

Ioannis Dimitrousis dan Dunianya

Seorang desainer Yunani yang besar di Inggris, inspirasi bagi muda-mudi kreatif di Indonesia
IMAGE-TITLE-HERE

Titik Api - Titik yang Membakar Semangat Berkarya

Sebuah pergelaran yang melanjutkan semangat berkarya Almarhum Harry Roesli
IMAGE-TITLE-HERE

Kampanye Cinta Bangsa

Kampanye Cinta Bangsa


Asli Indonesia

Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya, bukan batik saja...

Kain Songket Indonesia Asli!


Aku Cinta Indonesia

Sebagai anak Indonesia, aku bangga menggunakan produk buatan tanah air!

Hidup Indonesia!

Ahmad Heryawan, "Harus Ada Tempat Bagi Seniman di Kotanya Sendiri"

21.25 Reporter: eksentrik artistik 10 Responses


Betulkah Bandung kota seniman?

Adakah tempat bagi seniman untuk berekspresi?

Adakah ruang publik untuk mengapresiasi karya seni?



Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, merupakan salah satu tamu undangan istimewa dalam pergelaran Titik Api yang diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha, Jumat, 5 Juni 2009 yang lalu.

Setelah kegiatan itu berlangsung secara meriah, secara spontan perwakilan Yayasan Harry Roesli, Aat Suratin memanggil Gubernur untuk turut tampil ke atas pentas. "Ya, ini spontan saja ya, sekarang di sini sedang ada orang paling penting di Jawa Barat, nah kita dengarkan bagaimana tanggapannya terhadap nasib kesenian ya..." ujar Aat yang kemudian diikuti oleh tepuk tangan penonton mengiringi langkah Ahmad Heryawan ke atas paggung.

"Ya, semangat Harry Roesli ini memang harus kita jaga ya. Karena kesenian merupakan salah satu alat untuk menyampaikan kebenaran. Kesenian dan kebenaran itu sejatinya beriringan. Jangan sampai apa yang tidak benar jadi dibenarkan atas nama seni. Dengan adanya kreasi kita dapat membuat hal yang benar menjadi menarik dan mudah untuk di terima," papar Ahmad Heryawan.

Ahmad Heryawan kemudian memunculkan sebuah pernyataan yang membuat ribuan pengunjung Sabuga malam itu menjadi berguruh, "Nah, sekarang masalahnya, kota ini banyak melahirkan seniman besar seperti Harry Roesli. Tapi di kota yang katanya pabrik seniman, ini justru tidak ada tempat untuk menampilkan karya-karyanya...". "Nah, itu dia pak..." celetuk Aat. "Maka dari itu, sekarang kita cari dimana tempat yang cocok... kita dirikan sebuah tempat sebagai wadah bagi para seniman untuk menumpahkan ekspresinya agar masyarakat dapat mengapresiasi", lanjut Ahmad Heryawan yang disusul gemuruh tepuk tangan pengunjung.

Ya, kita nantikan saja... semoga apa yang Gubernur Jawa Barat sampaikan dapat dibuktikannya, dengan demikian peluang kesenian dan tradisi untuk terus berkembang semakin terbuka lebar.

Read more...

Titik Api - Titik yang Membakar Semangat Berkarya

20.45 Reporter: eksentrik artistik 5 Responses


Titik Api
...dalam ketulusan hati / da-mi-na
tangga nada karawitan Sunda / dimiliki semua orang /
namun sayangnya. kemudian/
dijadikan perbantahan



"Jangan matikan lampu di meja kerja saya...", itulah salah satu pesan terakhir Almarhum Harry Roesly yang wafat di tahun 2004. Semangat berkarya yang tak pernah padam adalah esensi dari pesan tersebut.

Dan kecintaan Harry terhadap seni kini menggelora di jiwa orang-orang yang dekat dengannya - mengenalnya - atau bahkan penikmat karyanya. Pada tanggal 5 Juni 2009, Sasana Budaya Ganesha dipenuhi oleh ribuan undangan yang akan menyaksikan sebuah pergelaran bertajuk Titik Api.

Titik Api adalah sebuah pertunjukkan yang memadukan olah musik dan tari dalam konsep teaterikal yang memukau. Kegiatan ini dibuka oleh putra sulung Harry - La Yala Krisna Patria Roesli dengan membunyikan sebuah rekaman suara asli Almarhum tentang hidup. Rekaman tersebut diputar pada sebuah player usang di atas meja kerja Almarhum lengkap dengan lampu kerja yang tak pernah dimatikan itu.

Setelah itu satu demi satu pengisi acara tampil ke atas pentas, menggemakan semangat berkarya yang berkobar. Candil yang memiliki suara melengking yang khas membuka pertunjukkan dengan megah. Dilanjutkan oleh Ipang BIP yang masuk ke arena dengan menaiki motor besar. Selanjutnya, penyanyi Netta, Dira, serta Trie Utami dan Purwacaraka tampil membawakan karya-karya Harry Roesly. Selain itu ada pula gitaris blues handal Rama Jaque Mate. Salah seorang pengunjung, Adessa Suriadinata (20) berkomentar, "Permainan musik Rama itu sangat keren...". Tania Kardin (20) menambahkan, "Mainnya memang selalu memesona, bahkan biasanya Rama sampai banting gitar di akhir penampilannya... tapi sekarang kok ga dibanting ya... " ujarnya sambil tertawa ringan.

Tampil pula seniman didikan Harry Roesly yang telah melanglang buana, Arry Juliant. Bersama sejumlah anak didik RMHR - Rumah Musik Hari Roesly - Ia mempersembahkan sesuatu yang unik; perpaduan suara air mengalir, suara burung, dan alunan musik yang harmonis, serta lirik yang menggelitik, "Indonesia tanah airku.. tanah bayar... air juga bayar..."

Pertunjukan berlangsung selama 3 jam, berakhir pada 23.00 WIB. Lagu "Janganlah Menangis Indonesia" menjadi lagu ketigabelas yang dinyanyikan seluruh pengisi acara sebagai penutup acara ini. Sebuah titik api yang menyulut semangat berkarya di kemudian hari.

Read more...

her gloomy, lovely, little macabre voice : stina nordenstam

13.27 Reporter: eksentrik artistik 4 Responses

“I see myself as more of an artist than a music artist. Music is something I just happen to be good at.”
(Stina Nordenstam)

Saya selalu tertarik dengan hal-hal eksentrik. Yang terlihat berbeda, yang terasa berbeda, yang terdengar berbeda. Sebuah peralihan dari hal-hal yang terlihat, terasa, atau terdengar monoton.
Since music is my biggest lust, maka saya akan memberikan penyegaran baru untuk telinga hari ini. Jadi inilah dia, a couple years ago I heard this eccentric delicate music. Sebuah musik lama yang saking saya suka, sampai-sampai diulas dalam blog ini.
Pada awalnya saya tidak tahu siapa penyanyi dan judul lagunya. Saya mendengarnya dari sebuah kaset yang didapat dalam kotak di gudang rumah saya. Sebuah kaset berdebu tanpa cover. Yang saya tahu, tercetak tulisan berjudul “Romeo + Juliet Soundtrack” di permukaan kaset itu.

Karena tertarik terhadap suara childish ditambah musik yang berpadu dengan suara choir gereja, akhirnya saya mencari tahu siapa sosok dibelakang suara yang saya kagumi. That gloomy, lovely, little macabre voice. Suara romantis yang kadang membuat merinding dengan tiba-tiba.

Then I found it, “Little Star”, song by a Swedish girl named Kristina Marianne Nordenstam. Tidak banyak yang mengetahui tentang dirinya. Stina dikenal sebagai seorang penyendiri. Lebih memilih untuk menyebut dirinya sebagai seorang seniman daripada seorang penyanyi. Jadi dia membuat sebuah pilihan : opting not to play live and rarely giving interviews.
Bahkan dia menutupi penampilan aslinya menggunakan wig dan make-up untuk pemotretan cover album dan majalah, sehingga tidak banyak yang mengetahui “the real her”. Walaupun begitu bisikan halus Stina Nordenstam yang sukar dipahami mampu mengangkat rahasia berat menjadi sebuah nyanyian.
Saya kemudian beranjak mendengarkan Purple Rain, Dynamite, Keen Yellow Planet, dan belasan bahkan puluhan lagu lainnya. Musiknya selalu dibanding-bandingkan dengan musik wanita Icelandic, Bjork, tanpa elemen elektroniknya.

HER ECCENTRIC VOICE. Inilah yang membuat saya tertarik dan terus mencari tahu tentang sosok Stina Nordenstam. Suara childishnya menghamburkan aroma depresi. Terkadang bisa membuat merinding di tengah-tengah keromantisan, murung di tengah anarki, atau bernafsu di dalam keduanya. Hard to explain, you can hear and compare it by your self. Skak Mat!

Albums :


Read more...