AKU CINTA INDONESIA
I LOVE INDONESIA
AKU CINTA INDONESIA
I LOVE INDONESIA

Gubernur Jawa Barat Bicara Soal Kota Kesenian

Ahmad Heryawan dan tanggapannya terhadap seniman yang tak memiliki tempat di rumahnya sendiri - Bandung
IMAGE-TITLE-HERE

Mainan Santika Syaravina

Gadis belia yang mencintai dunia fotografi. Ia membuat karya kriya menggunakan isi roll film seluloid. Unik dan menarik...
IMAGE-TITLE-HERE

Ioannis Dimitrousis dan Dunianya

Seorang desainer Yunani yang besar di Inggris, inspirasi bagi muda-mudi kreatif di Indonesia
IMAGE-TITLE-HERE

Titik Api - Titik yang Membakar Semangat Berkarya

Sebuah pergelaran yang melanjutkan semangat berkarya Almarhum Harry Roesli
IMAGE-TITLE-HERE

Kampanye Cinta Bangsa

Kampanye Cinta Bangsa


Asli Indonesia

Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya, bukan batik saja...

Kain Songket Indonesia Asli!


Aku Cinta Indonesia

Sebagai anak Indonesia, aku bangga menggunakan produk buatan tanah air!

Hidup Indonesia!

Nostalgia Karnaval dan Sirkus

23.27 Reporter: eksentrik artistik 0 Responses

Benak seorang gadis kecil dipenuhi oleh fancy little things. Imajinasi mereka tidak terlepas dari tetek bengek yang terlihat manis, unik, menarik & berwarna warni. Mereka menyukai hal-hal lucu, mencolok dan kadang terkesan agak norak untuk membangun rasa ketertarikan mereka. Sepupu kecil saya mempunyai hal spesifik mengenai sesuatu yang dapat membangunkan ketertarikannya.

Jika mereka bilang saya sebagai pecandu minuman kopi, maka sepupu kecil saya kecanduan pada hal lain yang dinamakan AROMANIS. Gumpalan mengembang berwarna shocking pink yang rasanya terlalu manis ini akan langsung membuatnya berbinar-binar.

Aromanis tentunya identik dengan perayaan-perayaan megah seperti karnaval atau parade sirkus. Tentu saja karena benda tersebut dapat mudah ditemui dalam acara seperti ini. Hal ini membuat saya sedikit flashback dalam nostalgia karnaval masa kecil.

Berbicara mengenai dunia yang kaya dengan keunikan ini tidak akan ada hentinya bagi saya. Saya memang mempunyai ketertarikan besar terhadap hal tersebut. Imajinasi menuntun saya ke dunia yang penuh dengan keajaiban.

Yang terlintas dalam pikiran adalah pertunjukkan dengan dekor yang megah, penuh warna dan lampu-lampu kecil, make-up mencolok, pertunjukkan binatang, merry-go-round atau bianglala, serta masih banyak hal menawan lainnya.

Diantara semua hal itu, masih ada yang dinamakan sirkus. Sebentuk komunitas, hidup di antara sebuah tenda besar yang dikelilingi mobil-mobil karavan demi sebuah pertunjukan. Biasanya mereka menghibur penonton dengan atraksi-atraksi yang itu-itu saja.

Yang pasti ditampilkan adalah akrobat, pertunjukan binatang, pameran orang-orang aneh, berjalan di atas tali, juggling, sepeda roda satu, atau hiburan-hiburan dari para badut. Sebuah pertunjukkan yang menurut saya membosankan tetapi tetap membawa anak-anak serta orang dewasa ke dalam dunia ajaib, lucu dan puitis. Walaupun membosankan, toh saya tetap menyukainya.



Namun entah mengapa akhir-akhir ini pertunjukkan sirkus dari Indonesia terlihat meredup. Malahan yang saya tahu hanya ada dua grup sirkus cukup ternama dari Indonesia. Holiday Circus dan Oriental Circus. Oriental Circus memang berhasil eksis selama 40 tahun dan disebut sebagai satu-satunya sirkus nasional yang terlengkap, termegah, dan terbesar di Asia Tenggara. Namun tetap saja, ada perbedaan besar dengan negara seperti Perancis yang banyak memiliki grup sirkus keliling.

Saya jadi ingat saat Clothilde Grandguillot, fotografer yang sempat menggelar pameran foto tentang dunia sirkus Indonesia di CCF Jakarta, berasumsi bahwa Indonesia tak punya tradisi sirkus. Di Perancis, sirkus adalah bagian dari kehidupan, tradisi sirkus sangat mengakar, berbeda dengan di Indonesia yang sisi artistiknya masih belum berkembang.


Negara lain seperti Rusia bahkan mempunyai sekolah sirkus sendiri. Semua atraksi dan teknik berakrobat dapat dipelajari dalam sebuah sekolah kejuruan di Rusia yang memang secara khusus memberikan program kejuruan sirkus mulai dari usia sekolah dasar. Di Asia, hanya Cina yang terus mengembangkan sirkus. Termasuk menggabungkan sirkus dengan kungfu. Banyak sekolah sirkus dan seni pertunjukan didirikan di sana karena adanya dukungan pemerintah. Sedangkan di Indonesia, kita bisa lihat sendiri kenyataannya.

Kembali ke nostalgia karnaval masa kecil saya dulu. Bersama keluarga, saya sempat melihat sirkus. Memang tidak seglamour Cirque du Soleil, dan bukan dalam perayaan megah seperti yang ada dalam imajinasi saya tadi. Dari luar tenda-tenda yang dipasang masih sangat sederhana. Kelap kelip lampu tidak seindah seperti yang saya bayangkan. Arena permainan bianglala terlihat agak kusam dan disana sini cat-nya sudah terkelupas.

Alih-alih melodi accordion atau musik-musik sirkus, yang membahana adalah musik dangdut dengan volume yang cukup mengganggu. Atraksi-atraksi yang ditampilkan pun standar saja dengan hiasan make-up seadanya.
Perayaan ini kita kenal dengan nama yang terdengar sedikit lebih kampring. Pasar Malam. Yap, sebuah pasar hiburan malam hari yang menyerap para masyarakat menengah-kebawah berbondong-bondong pergi kesana hanya untuk mencari kesenangan.

Yang biasanya paling ramai dikunjungi adalah rumah hantu dengan efek penerangan buruk dan penampakan yang tidak terlalu mengagetkan. Yang dijual pun bukan aromanis berbentuk gumpalan bola kapas, tapi aromanis berwarna pink yang terlihat seperti jalinan-jalinan rambut yang biasanya dapat dibeli dari penjual mainan keliling.

Walaupun perayaan ini tidak terlalu megah dan semua serba terbatas, namun disana-sini saya melihat pengunjung-pengunjung merasa senang dan nyaman berada dalam pesta kecil ini. Simple, tapi saya juga merasa terhibur berada di dalamnya.


Lalu, kapan pesta kecil ini akan dirayakan kembali?

Read more...

Asian Lomography Faces

10.02 Reporter: eksentrik artistik 0 Responses
Sebuah pameran foto hasil bidikan kamera lomo - dikenal dengan istilah lomografi - bertajuk Asian Lomography Faces, telah diselenggarakan selama sepekan di Kota Kembang. Kegiatan ini merupakan sebuah persembahan dari Lomoranger, komunitas pengguna kamera lomo kota Bandung, dan menampilkan puluhan karya dari sejumlah negara di asia, seperti Thailand, Malaysia, Singapura, India, China, Jepang, dan tentu saja Indonesia.



Pameran ini berlangsung di sebuah ruang rupa bernama Happy-Go-Lucky, Jalan Ciliwung no. 14 Bandung, sejak tanggal 23 hingga 30 Mei 2009. Pada pembukaan kegiatan ini sejumlah band indie, seperti ansaphone dan echolight tampil sebagai pengisi acara.

Pameran ini megusung tema "spread some love with lubitel", menampilkan foto-foto bertemakan cinta yang dibuat dengan kamera tlr berbahan plastik "lubitel". Pada hari terakhir, diadakan kegiatan workshop gratis yang membahas dunia lomografi. Marko salah seorang panitia menyatakan bahwa ini merupakan kegiatan tahunan lomoranger, "Setelah tahun lalu menggelar pameran pertama, kami mencoba untuk yang kedua kalinya dengan konsep yang berbeda sebagai penyegaran... rencananya kami akan kembali menggelar acara seperti ini di tahun depan."

Read more...

Abu-abu Kain Batik

23.45 Reporter: eksentrik artistik 1 Response
Batik adalah salah satu warisan budaya bangsa yang bernilai tinggi. Di balik sehelai kain batik terdapat makna yang tersirat melalui simbol-simbol tertentu. Beberapa waktu lalu, batik sempat muncul sebagai trend. Batik yang tadinya hanya dapat kita temui ketika berada di undangan atau acara-acara formal lainnya, sempat berseliweran di berbagai waktu dan kesempatan. Batik yang tadinya hanya terlihat pantas di tubuh orang dewasa pun nampak baik-baik saja dikenakan oleh remaja dan anak-anak. Seharusnya kita bangga pada keadaan tersebut, dimana setiap orang mengenakan batik. Tapi adakah itu datang sebagai panggilan jiwa? Atau sekedar trend yang ’numpang lewat’?

Ketika trend terseb
ut melanda, batik tidak dikenakan dengan kesadaran – bahwa batik merupakan budaya yang harus dilestarikan dengan cara kita mengenakannya. Batik muncul sebagai trend yang identik dengan konsumsi massa yang berlangsung dalam tempo singkat. Batik pun akhirnya benar-benar numpang lewat, rasanya kita pun sekarang akan jengah saat berjalan-jalan menghabiskan malam minggu dan menemukan orang mengenakan batik, ”mau kemana sih?” Batik pun kembali ke undangan... menjadi bahan sandang yang hanya pantas dikenakan di acara formal.

Cara cerdas mungkin dilakukan oleh seorang perancang mode muda, Lenny Agustine. Pada pertengahan tahun 2008 lalu, Lenny Agustine memproklamasikan keberadaan brand barunya, Lenor. Lenor merupakan suatu karya farshion yang berdaya pakai tinggi dan mampu mencuri perhatian orang-orang. Pola, warna, dan motif yang atraktif berpadu dalam harmonisasi yang diciptakan oleh Lenny.



Lenny mengombinasikan material bermotif geometris yang dipadukan dengan beraneka jenis dan corak kain dari berbagai belahan Indonesia. Songket, batik, dan tenun ikat terlihat menjadi lebih hidup ketika Lenny tabrakkan pada motif garis-garis, segitiga, atau kotak-kotak. Idenya segar, karyanya ini merupakan salah satu jalan untuk menyelamatkan batik untuk tidak benar-benar kembali ke acara undangan semata.


Batik adalah tentang identitas, sejauh mana anda ingin menampilkan apa yang ada dalam diri anda. Apakah anda akan menempatkan batik sebagai korban atau juara, semua bergantung pada pilihan anda... Anda perlu memilih antara hitam atau putih. Sampai kapan batik akan menjadi abu-abu?

Adalah tanggung jawab bangsa ini untuk menjaga dan menunjukan pada dunia:
bahwa batik milik kita dan kita bangga karenanya!







Read more...

A Journey of a Daydreamer – An Image Analysis Exhibition

22.19 Reporter: eksentrik artistik 0 Responses

Mahasiswa kriya tekstil ITB 2007 menyelenggarakan event bertajuk A Journey of Daydreamer, sebuah pameran produk kriya yang mempertunjukan kemampiawaian mahasiswa dalam melakukan image analysis. Acara ini berlangsung selama dua hari pada 26 dan 27 Mei 2009 di area Campus Center Barat ITB, Jalan Ganesha – Bandung.

Setiap rangkaian produk yang ditampilkan mengusung satu tema yang kemudian menjadi dasar dalam proses perancangan, pemilihan bahan, hingga penentuan kemasan sehingga memiliki identitas yang khas dan kuat.

Selain pameran karya mahasiswa, panitia juga menyelenggarakan bedah buku “After Ten Years Friends Call Us Unkle” oleh Dendy Darman, pemilik clothing company 347. Kegiatan bedah buku ini dimulai pada pukul 10 pagi dan membahas buku yang berisikan kumpulan ide dan desain kreatif untuk produk 347 yang terkenal bernilai kreasi tinggi itu.

Pada hari kedua, pengunjung pameran juga dihibur dengan sebuah performa akustik dari Jodi In The Morning Glory Parade pada jam 1 siang,

Selama pameran berlangsung diadakan pula pemutaran rangkaian video karya Kriya Tekstil 2007 yang tertata apik dengan iringan musik harmonis.

Salut untuk kriya tekstil ITB 2007.


Read more...

Bags Talk

09.37 Reporter: eksentrik artistik 0 Responses

tas. sebuah benda untuk menampung berbagai benda lainnya agar lebih praktis dibawa.


dulu saya hanya mengenal dua jenis tas. tas selempang dan tas ransel. keduanya adalah untuk bersekolah. tapi perlahan-lahan saya memahami... bahwa tas tidak hanya sekedar alat yang mempermudah mobilitas manusia. ada banyak aspek lain yang dimiliki suatu tas. wujud suatu tas bisa mewakili sang pemilik untuk mengekpresikan identitas pribadinya. Pemilihan bahan, proses pembuatan, model, dan beberapa aspek lainnya menjadikan setiap macam tas memiliki nilai tersendiri dan mutu yang menjadi pembeda. terlebih dari itu, tas bahkan dapat menjadi perhiasan sekaligus sebuah simbol status sosial.

ada dua tas yang saya inginkan sejak saya masih duduk di bangku sma. yang pertama adalah postman bag berbahan canvas dan kulit desain alfred dunhill dan carryall kulit keluaran bally. harga keduanya bisa setara dengan sebuah sepeda motor sport atau mobil bekas 90-an. selama ini, perasaan saya tidak pernah membeli tas dengan harga lebih dari lima lembar uang merah deh. kalau pun ada uang sebanyak itu, tentu saya memiliki beberapa pertimbangan untuk membelinya. pertama, uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membeli motor, atau laptop, atau kamera, atau ini, atau itu, atau bahkan bisa menutupi seluruh biaya sisa semester yang harus saya tempuh untuk lulus dan jadi sarjana ditambah kursus ini itu.

sebetulnya ada cara lain untuk memiliki dua tas idaman itu. saya bisa saja memutuskan untuk membeli abalnya. orang bilang kw1. hahaha... tapi sebelum memutuskan, saya memilih untuk melakukan cek dan ricek terlebih dahulu mengenai untung ruginya beli barang palsu.

ada beberapa kasus...

salah satu merek tas yang paling banyak dipalsukan adalah louis vuitton. harga aslinya bisa mencapai puluhan juta rupiah. tapi ada banyak sekali orang yang menenteng beragam tas bermerek ini ke berbagai tempat. dari mulai ibu-ibu istri pejabat ke acara penting di istana negara, tante-tante cantik yang doyan belanja di plaza indonesia, sampai teteh-teteh dengan blush on ketebelan di atas angkot. nah, contoh yang terakhir nih udah ga beres nih. memang sih ini asumsi pribadi, tapi gini ceritanya - waktu itu saya naik angkot di terminal, di dalamnya ada seorang perempuan yang bergaya menor, bahasa tubuhnya sangat menggoda, dan ia menenteng handbag LV. well, harga handbag asli tersebut tidak kurang dari 30 juta rupiah. nah, ga takut kecurian apa di terminal bawa tas 30 juta??? ga usah sama isinya, tasnya aja udah bisa bikin preman tobat malak setaun. mungkin ga sih ada orang membawa benda semahal itu, dipamer-pamer ke semua orang, di terminal, dan naik angkot... ya ya ya. asli ga ya?

contoh lain..

ini kejadian tadi pagi. di kampus ada seorang gadis, gayanya biasa saja, tapi dia menjinjing the-famous-and-legendary-ostrich-birkin-bag keluaran hermes?! haduh, birkin bag seharga ratusan juta rupiah dibawa ke kampus??? ah sudah pasti itu palsu!!! hahaha

nah kalau sekarang saya bawa tas idaman saya ke kampus - dan - naik damri... gak peduli pakai yang asli atau yang palsu pasti tetep aja disangka palsu. percuma lah ya... artinya sebelum beli kedua tas itu harus beli mobil dan rumah mewah dulu... ah lama sekali tidak? hahaha

rasanya saat ini saya memang lebih pas menggunakan tas ransel seratus ribuan ke kampus - dan - naik damri.

adakah kebanggaan menggunakan barang palsu?


Read more...

Asus U6V Bamboo, Notebook Bambu yang Unik

23.42 Reporter: eksentrik artistik 1 Response

"A meal should have meat

"But a house must have bamboo
Without meat, we become thin
without bamboo, we lose serenity and culture itself

(Su Tung Po)


Puisi karya Su Tung Po, penyair dan kaligrafer pada zaman Dinasti Sung di atas dapat menggambarkan betapa bilah-bilah bambu yang tampak sederhana justru menjadi identitas budaya Asia.


Di masyarakat pedesaan Indonesia, bambu memegang peranan penting. Bambu banyak dimanfaatkan berkat kelenturan, daya tahan, serta nilai estetika yang sedap dipandang mata.


Terilhami filosofi bambu, perusahaan computer Asus meluncurkan notebook terbaru, yakni U6V Bamboo Series. Sebuah notebook unik yang menggunakan bahan bambu sebagai lapisan luar, meliputi cover dan bagian alas tangan. Penggunaan bambu pada seri U6V Bamboo Series memang unik dan membuat tampilan notebook terlihat alami serta memberi kesan berbeda saat kita menyentuhnya.



Notebook ini juga diciptakan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Pengembangan notebook ini diilhami dari sebuah usaha untuk mempertahankan bumi dalam skala kecil, karenanya U6V didesain dan diproduksi dengan bahan organik dengan wangi yang menyegarkan, dan keindahan bambu yang minimalis. Material bambu juga tersedia di alam bebas dalam jumlah yang melimpah. Bambu dapat melakukan regenerasi selama masa panen tanpa mengharuskan penanaman kembali, sehingga sangat mungkin mendapatkan bambu setiap saat tanpa perlu khawatir merusak alam.


Keputusan penggunaan bambu juga dapat dikatakan sebagai penemuan yang brilian. Notebook U6V memiliki daya tahan tinggi, yang telah dibuktikan dengan ujicoba ketahanan dalam kondisi salju di Qomolangma Peak pada ketinggian 8.848 m.


Versi Bambu ini diproduksi dalam jumlah terbatas sehingga belum jelas apakah akan dijual massal di Indonesia. Walaupun begitu siapa pun akan tertarik dengan desain casing bambu dengan padanan material almunium yang kuat sehingga menampilkan citra produk berteknologi modern nan alami. U6V Bamboo Series berhasil meraih penghargaan Best of Adventure Gear dari majalah National Geographic berkat desain yang unik ini,

Fasilitas dan kemampuan U6V Bamboo cukup lengkap. Notebook ini menyediakan koneksi HDMI dan eksternal SATA yang umumnya muncul pada kelas multimedia. Sayangnya, modem dial-up dan modem koneksi 3G masih bersifat opsional meski slotnya sudah tersedia.

Notebook ini juga dilengkapi dengan fingerprint untuk keamanan pengguna. Salah satu fasilitas canggih lainnya adalah sistem pengenalan wajah yang disebut SmartLogon di mana notebook akan mendeteksi wajah pengguna melalui Webcam. Software Virtual Camera yang tersedia di dalamnya juga dapat melakukan video conference dengan beberapa pengguna sekaligus.


U6V Bamboo dapat memanjakan penggunanya dengan kekuatan desain dan kemampuan mobilitas tinggi yang bisa dibanggakan. Salah satu kelemahannya terletak pada daya batere yang kurang awet.

Spesifikasi ASUS U6V BAMBOO SERIES

Prosesor : Intel Core 2 Duo P8600 (2,4GHz, 3MB cache, FSB 1066MHz)

RAM : 3GB, DDR2 800MHz (Dual-Channel)

Chipset : Intel PM45 (Cantiga)

Kartu Grafis : nVidia GeForce 9300M GS 256MB

Harddisk : 250GB SATA II

Optical drive : DVD±R DL

Fasilitas : Wi-Fi, Bluetooth, LAN, modem, card reader (4-in-1), 3 USB, HDMI, eSATA, Webcam, Express Card, Express Card, VGA-out.

Layar : 12,4”, resolusi 1280x800 pixel

Kartu suara : Realtek HD-Audio

Batere : 4800mAh

Dimensi : 30,2x22,6x(2,2-3,3) cm

Bobot : 1,6kg

Garansi : 2 tahun

Situs Web : www.asus.com


Read more...