tas. sebuah benda untuk menampung berbagai benda lainnya agar lebih praktis dibawa.
dulu saya hanya mengenal dua jenis tas. tas selempang dan tas ransel. keduanya adalah untuk bersekolah. tapi perlahan-lahan saya memahami... bahwa tas tidak hanya sekedar alat yang mempermudah mobilitas manusia. ada banyak aspek lain yang dimiliki suatu tas. wujud suatu tas bisa mewakili sang pemilik untuk mengekpresikan identitas pribadinya. Pemilihan bahan, proses pembuatan, model, dan beberapa aspek lainnya menjadikan setiap macam tas memiliki nilai tersendiri dan mutu yang menjadi pembeda. terlebih dari itu, tas bahkan dapat menjadi perhiasan sekaligus sebuah simbol status sosial.
ada dua tas yang saya inginkan sejak saya masih duduk di bangku sma. yang pertama adalah postman bag berbahan canvas dan kulit desain alfred dunhill dan carryall kulit keluaran bally. harga keduanya bisa setara dengan sebuah sepeda motor sport atau mobil bekas 90-an. selama ini, perasaan saya tidak pernah membeli tas dengan harga lebih dari lima lembar uang merah deh. kalau pun ada uang sebanyak itu, tentu saya memiliki beberapa pertimbangan untuk membelinya. pertama, uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membeli motor, atau laptop, atau kamera, atau ini, atau itu, atau bahkan bisa menutupi seluruh biaya sisa semester yang harus saya tempuh untuk lulus dan jadi sarjana ditambah kursus ini itu.
sebetulnya ada cara lain untuk memiliki dua tas idaman itu. saya bisa saja memutuskan untuk membeli abalnya. orang bilang kw1. hahaha... tapi sebelum memutuskan, saya memilih untuk melakukan cek dan ricek terlebih dahulu mengenai untung ruginya beli barang palsu.
salah satu merek tas yang paling banyak dipalsukan adalah louis vuitton. harga aslinya bisa mencapai puluhan juta rupiah. tapi ada banyak sekali orang yang menenteng beragam tas bermerek ini ke berbagai tempat. dari mulai ibu-ibu istri pejabat ke acara penting di istana negara, tante-tante cantik yang doyan belanja di plaza indonesia, sampai teteh-teteh dengan blush on ketebelan di atas angkot. nah, contoh yang terakhir nih udah ga beres nih. memang sih ini asumsi pribadi, tapi gini ceritanya - waktu itu saya naik angkot di terminal, di dalamnya ada seorang perempuan yang bergaya menor, bahasa tubuhnya sangat menggoda, dan ia menenteng handbag LV. well, harga handbag asli tersebut tidak kurang dari 30 juta rupiah. nah, ga takut kecurian apa di terminal bawa tas 30 juta??? ga usah sama isinya, tasnya aja udah bisa bikin preman tobat malak setaun. mungkin ga sih ada orang membawa benda semahal itu, dipamer-pamer ke semua orang, di terminal, dan naik angkot... ya ya ya. asli ga ya?
contoh lain..
ini kejadian tadi pagi. di kampus ada seorang gadis, gayanya biasa saja, tapi dia menjinjing the-famous-and-legendary-ostrich-birkin-bag keluaran hermes?! haduh, birkin bag seharga ratusan juta rupiah dibawa ke kampus??? ah sudah pasti itu palsu!!! hahaha
nah kalau sekarang saya bawa tas idaman saya ke kampus - dan - naik damri... gak peduli pakai yang asli atau yang palsu pasti tetep aja disangka palsu. percuma lah ya... artinya sebelum beli kedua tas itu harus beli mobil dan rumah mewah dulu... ah lama sekali tidak? hahaha
rasanya saat ini saya memang lebih pas menggunakan tas ransel seratus ribuan ke kampus - dan - naik damri.
adakah kebanggaan menggunakan barang palsu?
0 Response to "Bags Talk"